[14/11/18] Tentang Little Fires Everywhere Karya Celeste Ng


"Sometimes you need to scorch everything to the ground and start over. After the burning the soil is richer, and new things can grow. People are like that, too. They start over. They find a way."


Informasi Buku

Judul: Little Fires Everywhere 
Penulis: Celeste Ng 
Penerbit: Little, Brown
ISBN: 9781408709702 
Bulan/tahun publikasi: September 2017
Jumlah halaman: 391 halaman
Buku: e-book milik pribadi (dibeli via Google Play Book)
Bahasa: Inggris  
Kategori Umur:
Temukan buku ini di Goodreads



Blurb

Everyone in Shaker Heights was talking about it that summer: how Isabelle, the last of the Richardson children, had finally gone around the bend and burned the house down. In Shaker Heights, a placid, progressive suburb of Cleveland, everything is meticulously planned – from the layout of the winding roads, to the colours of the houses, to the successful lives its residents will go on to lead. And no one embodies this spirit more than Elena Richardson, whose guiding principle is playing by the rules.
Enter Mia Warren – an enigmatic artist and single mother – who arrives in this idyllic bubble with her teenage daughter Pearl, and rents a house from the Richardsons. Soon Mia and Pearl become more than just tenants: all four Richardson children are drawn to the alluring mother-daughter pair. But Mia carries with her a mysterious past, and a disregard for the rules that threatens to upend this carefully ordered community. When the Richardsons' friends attempt to adopt a Chinese-American baby, a custody battle erupts that dramatically divides the town and puts Mia and Mrs. Richardson on opposing sides. Suspicious of Mia and her motives, Mrs. Richardson becomes determined to uncover the secrets in Mia's past. But her obsession will come at unexpected and devastating costs to her own family – and Mia's. 

Little Fires Everywhere explores the weight of long-held secrets and the ferocious pull of motherhood-and the danger of believing that planning and following the rules can avert disaster, or heartbreak.



Menurut Farah Tentang Buku Ini


Little Fires Everywhere adalah jenis buku yang membuat kehabisan kata. Beberapa saat setelah menamatkan buku ini, ada beragam rasa yang akan berkecamuk dalam batin. Ada begitu banyak hal yang ingin aku ungkapkan tentang kisah beberapa keluarga ini. Akan tetapi, sayangnya aku sungguh tidak tahu harus mulai dari mana. Kisah dalam Little Fires Everywhere itu meresap secara perlahan ke dalam hati para pembaca. Tanpa kita sadari, simpati yang sedikit demi sedikit meresap dan terbangun di hati untuk berbagai karakter dalam kisah ini membuncah kala sudah sampai di halaman terakhir buku. Satu-satunya hal yang aku tahu pasti adalah betapa jatuh hatinya aku pada buku ini dan bagaimana aku berharap bahwa ada banyak orang akan membaca buku ini dan terinspirasi karenanya.


Lucunya, aku bisa dibilang "agak malas" ketika membaca 100 halaman awal buku ini. Kisah dalam Little Fires Everywhere memang bergulir dengan lambat. Meskipun sudah memulai buku ini beberapa hari lebih awal, aku malah menyelesaikan buku non-fiksi The Naked Traveler #3 terlebih dahulu. Ketika akhirnya melampaui 100 halaman awal itu, aku benar-benar tidak bisa berhenti membaca Little Fires Everywhere sampai tuntas.


Kisah dalam Little Fires Everywhere mengambil latar tempat di Shaker Heights, sebuah komunitas yang terencana dan bisa dikatakan "sempurna". Setelah menghabiskan hampir seluruh hidupnya di lingkungan ini, Elena Richardson sangat menjunjung tinggi prinsip Shaker Heights. Elena percaya bahwa semua hal dalam hidup harus direncanakan. Jauh-jauh hari, Elena sudah merencanakan bagaimana kehidupannya kelak di masa depan. Orang seperti apa yang akan dia nikahi, rumah macam apa yang ingin dia tinggali, anak-anak seperti apa yang ingin dia besarkan, artikel seperti apa yang akan dia tulis sebagai reporter di surat kabar lokal. Semua ini menjadikan Elena sebagai seorang wanita yang terkesan rigid dan tidak berani mengambil risiko untuk terjun dalam jurang ketidakpastian hidup. Elena sudah merasa nyaman dalam gelembung kesempurnaan yang dibangunnya dan tidak ingin keluar lagi. Ketika Izzy, anak bungsu di Keluarga Richardson, tidak tumbuh seperti "rencana" Elena, sebuah dinamika tanpa disadari akhirnya terbangun dalam keluarga ini. Dalam dinamika ini Izzy adalah seseorang yang "berbeda".


Ketika Mia Warren yang misterius dan putrinya Pearl menyewa rumah yang dimiliki Keluarga Richardson, sosok Elena yang penuh rencana pun mau tidak mau bersinggungan dengan sosok Mia yang bebas.

"I don't have a plan. I'm afraid," she[Mia] said, lifting the knife again. "But then, no one really does, no matter what the say." - Halaman 103.
Mia yang sudah hidup nomaden selama hampir dua dekade sendiri baru saja memutuskan untuk tinggal dan menetap di Shaker Heights. Siapa sangka ternyata ini hanyalah awal dari ketidakteraturan yang akan mengusik kehidupan "sempurna" Elena. Kemunculan peristiwa perebutan hak asuh seorang bayi perempuan keturunan Tiongkok-Amerika pun akhirnya memicu rangkaian peristiwa yang mengubah kehidupan Keluarga Richardson serta Mia dan Pearl untuk selamanya.


***


Little Fires Everywhere dibuka dengan peristiwa terbakarnya rumah Keluarga Richardson. Pembaca kemudian akan dibawa flashback untuk melihat rangkaian kejadian yang berakhir dengan peristiwa pembakaran ini. Api memang menjadi salah satu simbol penting di sepanjang buku ini.

"The firemen said there were little fires everywhere," Lexie said. "Multiple points of origin. Possible use of accelerant. Not an accident." - halaman 16.
"All her life, she had learned that passion, like fire, was a dangerous thing. It so easily went out of control. (...) Better to control that spark and pass it carefully from one generation to the next, like an Olympic torch." - halaman 178.
(Memuaskan sekali rasanya ketika menyadari bahwa judul novel ini memang berhubungan erat dan mewakili keseluruhan kisah di dalamnya).


Little Fires Everywhere lagi-lagi mengingatkanku pada fakta penting bahwa setiap orang pasti memiliki alasan dibalik keputusan yang dia ambil dan jalan yang dia pilih. Novel ini juga menyinggung topik tentang bagaimana masa lalu yang tidak "selesai" pasti akan datang menghantui orang yang bersangkutan di masa depan (novel lokal yang aku tamatkan baru-baru ini bertajuk Purple Prose juga mengangkat tema serupa).


Simbol lain yang menarik perhatianku dalam novel ini adalah foto. Mia nan misterius memang merupakan seorang artis yang membuat karya seninya dari berbagai foto-foto. Fotografi adalah bagian tidak terpisahkan dari Mia. Wanita ini sering kali menganalogikan pemikiran atau pendapatnya dengan menggunakan foto. Tapi, bagian favoritku yang melibatkan Mia dan foto adalah bagian ini;

"But the thing about potraits is, you need to show people the way they want to be seen. And I prefer to show people as I see them. So in the end I'd probably just frustrate us both." - Halaman 78-79.

(I can relate to Mia in spiritual level when it comes to this seriously).
Little Fires Everywhere adalah kisah tentang keluarga dan bagaimana menjadi seorang ibu (motherhood). Ada bagian yang juga mengangkat isu tentang ras dalam ceritanya namun, topik yang sangat kentara di sepanjang cerita adalah tentang motherhood. Di sepanjang cerita akan muncul berbagai pertanyaan tentang siapa yang "pantas" menjadi seorang ibu sebenarnya. Apakah yang "pantas" menjadi ibu itu seseorang yang bertalian-darah dan melahirkan kita? Apakah yang "pantas" menjadi ibu itu seseorang yang menghujani kita dengan kasih sayang dan penuh cinta? Bagaimana cara yang "benar" untuk menjadi seorang ibu? Pada akhirnya, semua ini memang bukan sekedar persoalan pantas ataupun tidak pantas. Ada hal yang sudah aku mengerti dan belumku mengerti dari kisah ini. Bisa jadi saja, setelah benar-benar menjadi seorang ibu di masa depan, aku dapat lebih mengerti akan hal yang belum aku pahami sekarang. 


Pada akhirnya, alasan dibalik kekagumanku pada novel ini sama dengan alasanku mencintai film In Bruges (2008). Kisah dalam kedua karya seni ini abu-abu. Mereka tidak mengelompokkan hal menjadi hitam dan putih saja. Dalam Little Fires Everywhere, pembaca bisa saja membenci satu karakter di halaman 98 namun, malah menjadi bersimpati pada karakter tersebut beberapa halaman kemudian. Setiap orang memang memiliki motif, pertimbangan, dan penderitaan masing-masing yang berbeda. Jarang sekali seseorang itu "murni" jahat atau baik. Aku suka sekali cerita seperti ini.



Aku akan merekomendasikan Little Fires Everywhere untuk pembaca yang menikmati kisah slow burn, ingin membaca novel tentang kekeluargaan dan motherhood, serta menikmati kisah yang membuat perasaan campur aduk. Kalau kau haus akan bacaan bagus dan mengena di hati, aku pikir di satu titik dalam hidup kau harus membaca buku ini. 


Kalau kamu berminat untuk membaca beberapa wawancara menarik Celeste Ng terkait karyanya ini, aku sudah membuat daftar empat 4 tulisan dari berbagai media di bagian Bacaan Lanjutan di bawah.


Rating

5/5

Tulisan Lain Dalam Kiriman Ini/Bacaan Lanjutan

1. Farah's Space - Review film 'In Bruges'
2. Far's Books Space - Tentang 'The Naked Traveler' #3
3. Far's Books Space - Tentang Purple Prose

1. Hazlitt - 'Why Are We Always Food?': An Interview With Celeste Ng
2. Shondaland - Catching Up With Celeste Ng
3. The Guardian - Celeste Ng: It's a novel about race, and class, and privilege
4. Time - Novelist on the Importance of Culture


Farah di tempat lain: Goodreads | Instagram | Twitter
Share:

Posting Komentar

Halo! Tidak perlu segan atau ragu kalau ingin meninggalkan komentar ya. Aku tidak pernah bosan mencari rekomendasi buku baru dan teman diskusi. Aktifkan notify me/beritahu saya supaya kamu tahu ketika komentarmu dibalas. Aku selalu senang ketika kita bercakap-cakap tentang buku dan kegiatan baca-membaca 😄

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes